Translate

Monday, September 23, 2013

Mengatasi Konflik/Pertengkaran Kakak-Adik


  • Sebagai orangtua, melihat anak-anak suka bertengkar membuat pusing kepala, dan membuat kita jadi bertanya-tanya kesalahan apa yang telah kita lakukan hingga anak-anak selalu saja ribut/bertengkar.
    Sejumlah penelitian telah membuktikan, bahwa pertengkaran antar saudara ini baik untuk perkembangan mental dan emosional anak, dan juga meningkatkan kedewasaan dan kemampuan bersosialisasi.
    Seperti diberitakan the guardian, Dr Claire Hughes, penulis buku Social Understanding and Social Lives, semakin kakak beradik merasa saudaranya sebagai pengganggu, semakin mereka belajar untuk mengontrol emosi dan bagaimana mereka bisa mempengaruhi emosi satu sama lain.
    Hughes menambahkan, kakak beradik yang tidak akur, akan sering berargumentasi di mana anak tertua akan cenderung menjatuhkan adiknya. Namun mereka berdua akan mendapatkan pelajaran yang kompleks tentang komunikasi dan seluk-beluk pemilihan kata dan bahasa.

    Tentu saja pertengkaran sengit ini tidak boleh dibiarkan sampai tahap destruktif.
    Di sinilah anak-anak belajar bagaimana memahami diri mereka sendiri dan mengontrol emosi, karena kemampuan ini akan berguna sepanjang hidup mereka.

    Tidak hanya dengan saudara, dalam kehidupan nyata mereka bisa saja berseteru dan terlibat konflik dengan teman sekolah, guru mereka, tetangga dan juga rekan kerja.
    Oleh karena itu, kemampuan mengatasi konflik ini sangat penting bagi anak-anak.
    Media yang paling baik, tentu di dalam keluarga dengan orang tua sebagai mediator.
    Dorothy Rowe, seorang psikolog dan penulis My Dearest Enemy, My Dangerous Friend: Making and Breaking Sibling Bonds mengatakan bahwa orang tua tetap harus campur tangan dalam perselisihan di antara kakak beradik untuk menunjukkan cara berargumen yang baik, cara mengontrol emosi dan juga cara memaafkan serta berdamai kembali.
    Konflik antar saudara itu baik, selama orang tua mampu menjalankan campur tangannya secara bijaksana.
    #Meminimalisir Pertengkaran
    Penelitian Laurie Kramer, profesor di bidang pendidikan keluarga dari Universitas Ilinois, AS, menyebutkan, anak usia 2-4 tahun akan mengalami konflik dengan saudara kandung sebanyak 6,3 kali tiap jam, atau satu konflik tiap 10 menit.

    Kurangi keributan kakak-adik, dengan cara ini:
    * Terkadang anak meributkan siapa yang mendapat kue lebih besar, atau siapa yang menentukan acara di TV. Ajarkan mereka untuk bergantian memegang remote control di waktu-waktu yang telah dijadwalkan, atau bergantian memilih pertama kali, potongan kue. Dengan cara ini, Anda tidak perlu repot memisahkan pertengkaran atau mengukur besarnya kue agar sama rata.
    * Hilangkan kompetisi dengan mengembangkan sikap saling menghargai dan mengembangkan keunikkan masing-masing.
    * Anak bisa mencontoh orangtua saat bertengkar. Minimalkan pertengkaran terbuka di depan anak. Jika telanjur, katakan perbedaan pendapat itu biasa, dan pertengkaran salah satu cara untuk mencapai mufakat. Namun tekankan, konflik ada aturannya. Tunjukkan pula bahwa pertengkaran tidak perlu berlarut-larut.
    * Jangan terlalu cepat melerai pertengkaran anak, biarkan mereka memelajari cara menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Namun jika pertikaian sudah melibatkan fisik, bertindaklah.
    * Berikan batasan perilaku mana yang dapat ditoleransi dan yang tidak dalam keluarga, dan minta seluruh keluarga mematuhinya.

No comments: