Translate

Friday, September 13, 2013

Daftar Kebodohan Dahlan Iskan (2)


Karena Bodoh, Jadilah Menteri 

Suatu petang pada tahun 2011. Dahlan Iskan saat menjadi keynote speaker pertemuan pimpinan perusahaan Jawa Pos Group, mengaku sedang galau. Sebab, beberapa hari sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memintanya bergabung sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

Dahlan belum tahu kementerian apa yang akan ditempatinya saat itu. Petugas Kepresidenan yang menghubunginya melalui telepon tidak bisa menjelaskan. “Karena saya lulusan Madrasah Aliyah yang setingkat SMA di Pesantren Sabilul Muttaqin, kira-kirasaya akan menjadi Menteri Agama,” kata Dahlan yang disambut gelak tawa sekitar 350 pemimpin perusahaan yang didirikannya.

Ketika diminta SBY memimpin PLN, Dahlan sudah berjanji dalam hatinya, hanya akan mengabdikan diri di PLN selama tiga tahun saja. Dahlan menargetkan semua persoalan di PLN sudah selesai dan sudah bisa menemukan figur pimpinan di semua level hingga unit terkecil pada tahun ketiga.

“Saya ingin segera kembali mengurus Pesantren Sabilul Muttaqin. Tiga tahun mengabdi kepada negara, saya kira sudah cukup,” kata Dahlan.
Namun Presiden SBY ternyata berpendapat lain. Gara-gara berhasil menyehatkan PLN, SBY meminta Dahlan untuk memimpin Kementerian BUMN yang membawahi semua perusahaan pelat merah itu. Ada 141 perusahaan BUMN dan lebih dari 400 anak perusahaan yang harus diurusnya di kementerian tersebut.

Dalam kegalauan antara ingin membereskan tugas-tugasnya di PLN yang belum selesai, atau menerima perintah presiden, Dahlan membuah memberi alasan bodoh dengan “ngeles” kesehatannya belum tentu baik.

“Pak SBY, saya ini sebenarnya masih dalam kondisi sakit. Saya minta izin berkonsultasi ke dokter yang mengoperasi saya di Tianjin, China, lebih dulu. Saya khawatir, dokter tidak mengizinkan saya,” jawab Dahlan kepada SBY.

SBY sepertinya tahu kalau Dahlan hanya “ngeles”. Sebab, selama
memimpin PLN, Dahlan tidak pernah diberitakan sakit. Malah setiap pagi berangkat ke kantor sambil berolah raga dengan berjalan kaki lima kilometer. Karena itu, SBY langsung setuju memberi waktu Dahlan pergi ke China untuk “check up”.

Setelah selesai menjalani seluruh prosedur “check up”, Dahlan pun menunggu hasil tes laboratorium dengan harap-harap cemas. Dahlan sangat berharap akan menerima pemberitahuan dokter bahwa kesehatannya menurun akibat kerja keras gila-gilaan selama di PLN, sehingga bisa menolak permintaan SBY.

Ternyata, Tuhan berkehendak sebaliknya. Dahlan dinyatakan sangat sehat. Bahkan, kondisi kesehatan Dahlan dinyatakan lebih sehat dari dokter yang memeriksanya.

Bagaimana reaksi Dahlan setelah melihat hasil tes laboratoriumnya? “Saya menangis karena saya harus meninggalkan PLN pada saat seluruh jajaran PLN sedang semangat-semangatnya berubah,” kata Dahlan.

Tiba kembali di tanah air, tak ada alasan lagi bagi Dahlan untuk “ngeles” menolak permintaan SBY. Dahlan harus bekerja lebih keras menahkodai 600-an BUMN, yang sebagian besar sakit parah, bahkan sudah sekarat bertahun-tahun.

Dalam sebuah kesempatan lain setelah enam bulan menjadi Menteri BUMN, Dahlan diminta seorang pimpinan perusahaan Jawa Pos Group, untuk menceritakan dengan jujur prosesnya menjadi menteri. “Diangkat jadi Menteri BUMN karena ‘ngelesnya’ tidak pintar,” jawab Dahlan yang mengundang tawa.

“Ada juga orang jadi menteri karena bodoh,” sahut seorang kawan. Dahlan dan kami semua kembali tertawa terpingkal-pingkal. (bersambung)

Joko Intarto, pengalaman pribadi

No comments: