Ilustrasi beras.
Ilustrasi beras. (sumber: Suara Pembaruan)
Surabaya - Menteri BUMN Dahlan Iskan menegaskan bahwa beras sudah tidak impor lagi pada tahun ini. Sedangkan masalah pupuk juga sudah tidak ada kelangkaan dalam dua tahun terakhir.
"Tahun lalu sebenarnya kita sudah bisa tidak impor beras, tapi kita tetap impor bukan karena kekurangan, melainkan untuk jaga-jaga kalau ada bencana," katanya di Surabaya, Sabtu (30/11).
Di hadapan ratusan mahasiswa se-Jawa-Bali yang mengikuti seminar 'Ketahanan Pangan Nasional' dalam rangkaian "3rd Airlangga Ideas Competition", ia menjelaskan kebutuhan beras saat ini 3,6 juta ton.
"Bulog sudah mampu mencapai target itu sejak tahun lalu, tapi tahun lalu tetap impor untuk jaga-jaga terhadap bencana. Nggak apa-apa diprotes mahasiswa daripada rakyat kekurangan bila ada bencana," katanya.
Namun, mulai tahun ini sudah tidak impor lagi. "Masalahnya, mutu beras kita masih rendah, karena terlalu lama disimpan di gudang, sehingga wajar kalau berasnya berbau atau ada kutu, tapi hal itu justru karena produksi beras kita sukses," katanya.
Untuk menyiasati rendahnya mutu beras itu, pihaknya mendapatkan saran dari petani Bantul, Jawa Tengah, agar pemerintah meniru sistem lumbung padi pasa masa lalu yang menyimpan beras dan gabah.
"Atas saran petani Bantul itu, pengadaan Bulog ke depan akan ada 20 persen dalam bentuk gabah, sehingga mutu beras kita tidak rendah. Ada saran secara teknologi, tapi beras tidak terlalu membutuhkan itu," katanya.
Tidak hanya beras, katanya, kini juga sudah tidak ada lagi berita kelangkaan pupuk dalam dua tahun terakhir. "Itu karena Dirut PT Petrokimia membenahi manajemen distribusi pupuk, jadi masalahnya bukan dalam produksi, tapi manajemen pupuk," katanya.
Teknologi Pangan Menanggapi pertanyaan mahasiswa tentang impor kedelai dan garam, mantan Dirut PT PLN itu menyatakan hal itu akan diatasi dengan teknologi, sebab berharap kepada petani sangat sulit, karena petani sekarang sudah cerdas dan lebih memilih padi yang menguntungkan.
"Tapi, kalau dibiarkan, maka kita akan impor kedelai terus, karena itu saya akan bekerja sama dengan Prof Ni Nyoman Tripuspaningsih MSi dari FKH Unair untuk merintis teknologi transgenik bagi kedelai," katanya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga akan mengembangkan enzym yang ditemukan Prof Ni Nyoman Tripuspaningsih MSi dari FKH Unair untuk melakukan rekayasa pangan guna penggemukan sapi.
"Mungkin kita menyewa lahan penggemukan di Australia, karena lahan yang luas tersedia dan pangan juga tersedia, tapi kita akan gunakan teknologi enzym itu, sehingga kita akan membutuhkan waktu 10 tahun untuk bisa memenuhi kebutuhan daging sapi secara mandiri," katanya.
Untuk garam, ia menegaskan bahwa kebutuhan garam masyarakat sebenarnya tidak kekurangan, karena kebutuhan masyarakat hanya separuh, sedangkan separuhnya merupakan kebutuhan industri, terutama pabrik kertas dan Pertamina.
"Jadi, ada persepsi yang keliru bahwa kita kekurangan garam, padahal impor garam itu hanya untuk industri. Tapi, sekarang sudah ada teknologi membran, sehingga kualitas garam petani akan membaik, sehingga industri akan membeli langsung tanpa perlu impor, tentu sifatnya bertahap," katanya.
Oleh karena itu, salah seorang peserta Konvensi Capres Demokrat itu mengharapkan mahasiswa yang tidak mau menjadi petani untuk merancang teknologi pangan guna membantu petani, seperti konsep pengeringan padi dari seorang mahasiswa asal Yogyakarta. "Kita juga perlu mesin perontok, dan banyak lagi," katanya, menantang para mahasiswa.
Selain di Unair, Menteri BUMN Dahlan Iskan juga mengikuti senam di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), lalu menghadiri "Seri Kuliah Umum Kepresidenan" dari Departemen Mata Kuliah Umum (MKU) Universitas Surabaya (Ubaya) dan meninjau pameran hasil karya mahasiswa Fakultas Farmasi Unair.
Penulis: /ARD
Sumber:ANT